Laman

Jumat, 19 Agustus 2011

SKENARIO TERINDAH

Sering manusia mengeluh ketika ditimpakan ujinnya. Begitu juga saya. Mengeluh, meratapi nasib, menyalahkan keadaan. Dan tanpa sadar menyalahkan Allah sang pembuat skenario.
‘Setelah kesulitas pasti ada kemudahan’ itulah janjiNya. Tapi kita tetap selalu mengeluh.
‘Allah tidak akan menimpakan ujian melebihi kekuatan hambanya’ surat cinta-Nya sudah menghibur kita. Tapi kita tetap juga tidak mau menerima.
“Ujian ini terlalu berat. Cobaan ini terlalu berat. Aku tak kuat menanggungnya. Kenapa Allah memberikan ujian seberat ini” keluh itu selalu meluncur dari bibir. Melibihi do’a-doa yang teranyam dalam hati.
Ketahuilah, jika kita sedikit mencoba bersabar; sedikit mencoba ikhlas dengan ini semua; sedikit mencoba bermuhasabah; sedikit mencoba mengambil hikmah. Ternyata skenarionya sungguh indah. SkenarioNya lah yang terindah.
Alkisah....seorang gadis belia. Sedang asyik-asyiknya merasakan kenikmatan dunia kampus dengan pergulatan dakwah di dalamnya. Gadis yang beruntung. Di dunia yang sudah carut marut seperti ini dirinya masih bisa bergulat dalam dunia kebaikan. Sebuah hidayah terindah.
Namun, cita-citanya untuk menjadi seorang da’iah. Seorang yang selalu terlibat dalam agenda dakwah, harus terhalang oleh penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Membuatnya harus beristirahat sejenak. Melawan penyakitnya. Mengumpulkan energi untuk bisa tetap berjuang nantinya.
Cuti kuliah menjadi pilihannya.
Ah....bukan masalah. Pikirnya. Gadis itu tetap berniat untuk berkontribusi sebisa mungkin dari rumah. Sekedar ide. Atau mengerjakan sesuatu yang tidak menguras energi. Toh dirinya sudah terbiasa menahan rasa sakit semasa kuliah, dengan padatnya aktivitas.
Tapi, rekan-rekan kerja dakwahnya seakan menjauhinya. Menjauhkan seluruh informasi aktivitas dakwah. Membuat psikologinya down. Menyesali sakitnya. Tidak bisa menerima keadaan yang menimpa dirinya.
“Aku nggak mau dianggap lemah. Aku masih bisa beraktivitas,” keluhnya, ditengah kesendiriannya.
Seiring perjalanan waktu, penyakitnya semakin menjadi. Membuatnya kehilang konsentrasi. Membuatnya kehilangan sedikit memory. Juga membuat motoriknya terganggu. Hingga akhirnya kenikmatan kakinya untuk bisa berjalan diambil-Nya untuk sementara.
Sunnatullah si gadis bukannya menjadi tambah down dengan kehilangan fungsi kakinya. Merasakan sakit yang menjadi setiap harinya. Dia mencoba menguatkan orang di sekitarnya. Meyakinkannya, bahwa dia baik-baik saja.
Hingga dia menemukan ‘pena’ menjadi senjatanya.
“Kalau aku seperti ini terus, aku tidak akan pernah menjadi orang yang berguna. Aku hanya akan menjadi sesosok mayat hidup yang tidak berguna. Aku harus bisa bermanfaat bagi orang lain. Walaupun aku harus selalu terkungkung dengan ruang sempit ini. Dengan mobilitas yang sangat terbatas ini. sakit ini tidak boleh menjadi penghalang langkahku. Aku harus tetap maju. Waktu selalu berjalan. Aku tidak bisa menunggu.”
Dengan sekuat tenaga dia mencoba untuk menulis. Paling nggak dengan menulis, pemikirannya  bisa dibaca orang. Dia sangat berharap orang lain bisa mengambil pelajaran dari tulisan-tulisannya. Asa itu sedikit memancarkan sinarnya.
Walaupun dia harus tertatih. Bukan suatu yang gampang baginya untuk menulis. motoriknya yang kadang tidak setabil, membuat jari jemarinya tidak terkoordinasi dengan baik. Rasa sakit yang selalu mengerjai. Konsentrasi yang kacau. Dan memory pendek yang sering terganggu. Tapi dia tidak peduli.
‘Yang penting aku menulis, apapun hasilnya’
Mungkin orang-orang di sekitar dia menganggapnya terlalu berobsesi. Punya mimpi yang terlalu tinggi.
Penolakan-penolakan dari penerbit selalu ditelannya. Dan dilupakan begitu saja. Menjadikan pelajaran untuknya, agar menulis lebih baik. membuatnya selalu belajar dari proses dan keadaan.
Dikala dunia literasi tidak ramah padanya, suatu tamparan besar diterimanya. Ayahnya harus berpulang terlebih dahulu menghadapNya.
‘Aku harus kuat. Aku harus bisa membahagiakan ibu. Orang tuaku kini, satu-satunya.’
Kepergian ayahnya membuatnya  belajar memaknai hakikat hidup. Hidup dan mati itu hanya ketentuan-Nya. Yang dulu dia sering merasa bahwa umurnya sudah tidak seberapa dengan penyakitnya. Kini mulai tersadar, ayahnya yang sehat itu telah mendahuli kepergiannya.
‘Allah pasti sedang membuat skenario terindah untukku’ maindset telah di tanam di dalam otaknya.
 Hatinya semakin mendidih. Semangatnya semakin membara. Dia terus mencoba membuat hidup ini lebih bermaknan degan aktivitasnya. Tidak bosan-bosannya dia mengirimkan naskahnya ke media.
Dan juga mulai membuat usaha baru, yang bisa dikerjakannya tanpa aktivitas berat. Apalagi keluar rumah.
Akhirnya dia bisa membuktikannya, setelah terus mencoba menulis, mengirimkan tulisan-tulisannya ke media dan penerbit, ada salah satu naskahnya yang diminati penerbit.
Dikala nikmat itu datang, nikmat-nikmat lain pun bermunculan. Usaha yang dirintisnya mulai mennampakkan hasil. Dan kini dirinya juga mendapatkan penawaran untuk membimbing junior-junior literasi di sebuah sekolah.
Cita-cita yang dulu terpendam, kini akhirnya terwujud, dengan skenario terindahNya.
‘Pasti Allah sedang merancang skenario indah lagi setelah ini’ gumamnya sambil mengulaskan senyum dengan bersandar pada tongkat besinya.
Beribu nikmat itu, ada di balik ujiannya.................

BELAJAR DARI KALIAN


Rasa gembira tiba-tiba menyeruak ketika ada sebuah tawaran untuk menemani jundi-jundi kecil merangkai kata, mengasah pena, mencipta makna. Untuk mengubah dunia dengan pena.
“Sebuah mimpiku akan terwujud lagi,”  gumamku. Mimipi untuk bisa belajar menulis bersama jundi-jundi kecil. Saling memotivasi untuk menulis. meningkatkan kualitas tulisan. Dan terus berlomba untuk menyampaikan kebaikan.
Sabtu, 6 Agustus 2011
Sebuah pertemuan yang sangat aku rindukan. Belum ada dibenakku bagaimana aku berbagi dengan mereka. Terbatas sekali aku dapatkan informasi dari mereka. Dengan berbekal secarik kertas yang ku corat-coret semalam, aku mencoba melangkah dengan pasti memasuki sekolah itu.
Satu hal yang terlintas di benakku. Mereka masih duduk di sekolah dasar. Kemungkingkinan besar, proses belajar menulis di sini masih mula sekali. Sehingga aku mempersiapkannya dengan hanya sebuah motivasi. Aku menganggap mereka masih terpaksa untuk masuk ke dalam ekstra ini. Atau ada keinginan tapi belum tahu apa-apa tentang dunia literasi.
Namun, betapa tercengangnya aku, ketika memasuki sebuah ruangan (perpustakaan sementara). Bidadari-bidadari kecil itu langsung berceloteh riang mengenai dunia literasi yang jauh diatas usia mereka. Beberapa tulisan mereka juga pamerkan. Jumlah koleksi buku bacaan mereka sebutkan. Dan penulis idola mereka sebutkan.
Aku benar-benar bingung harus menyampaikan materi apa. Materi yang telah aku siapkan, sudah mereka kuasai semua. Akhirnya kugunakan hari itu untuk menyelami pengetahuan dan pengalaman mereka di dunia literasi. Agar kedepannya aku bisa berbagi dengan mereka, apa yang belum mereka ketahui.
Dan akhirnya kulemparkan sebuah pertanyaan mengenai ‘tujuan menulis’ kepada mereka. Kudapatkan jawaban yang sangat beragam. Dari yang pengin terkenal, sampai yang hanya untuk menghilangkan stress. Yang aku sayangkan, mereka tidak menyebutkan satu tujuan yang berorientasi dunia akhirat itu.
Ya aku cukup memaklumi, semangat mereka untuk menggoreskan pena saja sudah menjadi sebuah prestasi tersendiri  bagi mereka. Tujuan bisa dilurukan seiring berjalannya waktu. Ketika mereka sudah memahami hakikiat jalan ini, mereka juga akan paham dengan sendirinya.
Aku mencoba untuk meluruskan tujuan mereka, yang bersifat duniawi itu. Karena tujuan sama dengan niat. Akan menjadi sia-sia jika dalam mengerjakan sesuatu tidak diniatkan sebagai ibadah kepada Allah, dengan tujuan untuk kebaikan. Balasan Allah tergantung dari niatnya. Apa tujuan kita, ya itu yang akan kita peroleh. Tujuan untuk menjadi terkenal, maka terkenal akan di dapatkan. Namun, jika diniatkan untuk ridho Allah, untuk kebaikan. insyaAllah ridhonya akan di dapat dan popularitas juga menjadi bonus.
“Bu...bu...saya punya ide..." celetuk gadis kecil yang dari tadi sibuk dengan bukunya. ntah menulis atau membaca.
Kami menghentikan diskusi dan memusatkan perhatian padanya.
"Ide apa?" tanyaku antusias.
          "Ide nulis tentang Bu Khusnul," ucapnya masih sedikit malu dan salah menyebut namaku. Teman di sampingnya mencoba membenarkannya.
Rasanya campur aduk. Antara senang, haru, bangga. Mereka semua benar-benar sudah memiliki jiwa penulis. Peka terhadap lingkungan. Mungkin dia terinspirasi dengan keadaanku yang kurang sempurna ini.
"Lho baru juga kenal beberapa menit. apa yang mau ditulis tentang Bu Khusnul?" tanyaku bersama guru pendamping dari sekolah itu.
“Ya, betapa mulianya Bu Khusnul,” jawabnya polos.
Ah....membuat hatiku tambah basah.
“Lho dari mana tahu kalau Bu Khusnul, mulia?” tanya guru pendamping dari sekolah.
Dia hanya menunduk, diam dan bingung untuk memberikan jawaban.
Waktu satu jam yang diberikan sekolah untuk kami, terasa begitu singkat.
“Dikasih PR, Bu!” pinta mereka. Waduh, semangat mereka luar biasa. Aku benar-benar malu dengan mereka. Aku yang belajar dari mereka. Bukan mereka yang belajar kepada aku.
Dan ketika pertemuan akan kututup. Mereka sedikit protes.
“Sepertinya, baru beberapa menit deh, Bu,” membuatku terheran-heran lagi. Ya bagaimana lagi. Mereka sudah dijemput. Pihak sekolah juga hanya memberika waktu sebatas itu.
“bagiku belajar bersama mereka, berjam-jam pun tidak akan pernah bosan. Semoga semangad mereka terus terjaga.”

ZAKAT DAN KEMISKINAN


            Setiap hari tak luput dari media, berita mengenaskan mengenai kemiskinan. Dari banyak anak-anak yang putus sekolah; terkena busung lapar sampai meninggal; makan nasi aking karena sudah tak mampu lagi menjangkau harga beras yang terlampau tinggi sekarang ini. Setiap hari bukannya semakin berkurang angka kemiskinan, tapi semakin bertambah. Sedangkan kemiskinan dekat dengan kekufuran.  
            Inti dari masalah kemiskinan menurut Robert Chambers seorang ahli pembangunan pedesaan dari inggris adalah adanya jebakan kemiskinan. Jebakan kemiskinan itu terdiri dari lima ketidakberuntungan yang melilit keluarga miskin, yaitu kemiskinan itu sendiri, kelemahan fisik, keterasingan, kerentanan dan ketidakberdayaan. Kelima hal tersebut salng berkaitan satu denan yang lainnya, sehingga menyebabkan jebakan yang berkepanjangan. Dua hal yang harus diperhatikan yaitu kerentanan dan ketidakberdayaan. Kerentanan adalah ketidakmampuan dari keluarga miskin untuk menyediakan sesuau untuk menghadapi situasi darurat seperti datangnya bencana alam dan penyakit yang tiba-tiba menimpa keluarga tersebut. Kerentanan itu sering menjadi sebab menjadikan keluarga miskin harus menjual hartanya yang tersisa sehingga keluarga itu menjadi semakinmiskin. Ketidak berdayaan membuat keluarga miskin menjadi semakin miskin, karena lemahnya posisi tawar keluarga miskin jika dihadapkan pada peraturan, kebijakan pemerintah atau orang-orang kaya yang tidak bertanggung jawab.
            Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang digagas untuk mengentaskan kemiskinan oleh pemerintah pun menuai kasus. Dari kasus tidak sampainya bantuan pada sasaran yang semestinya, sampai kasus penerimaan BLT yang sering menuai korban karena berdesak-desakan.
Merupakan sebuah ironi, jika rakyat Indonesia mengalami kemiskinandan kelaparan. Kekayaan sumber daya alamnya yang luar biasa seharusnya dapat mencukup kebutuhan hidup seluruh rakyat Indonesia. Apalagi dengan mayoritas penduduknya yang muslim, yang diperintahkan untuk berzakat, infak, sedekah dan wakaf bagi yang berkelebihan untuk membantu yang kekurangan.
            Berzakat melalui kelembagaan resmi, baru dikenal setelah adanya anjuran Presiden Soeharto untuk mengkoordinir pengelilaan zakat dengan membentuk Bazis DKI Jakarta pada tahun 1967.
            Pengembangan pengelolaan zakat di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 3 tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat. Dengan Undang-Undang tersebut lahirlah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan lembaga Badan Amil Zakat-Badan Amil Zakat di wilayah provinsi dan daerah-daerah kabupaten.
            Namun, dengan dibentuknya lembaga khusus untuk menangani hal ini pun belum dapat menyelesaikan problem penyaluran zakat. Kaum muslim yang diberikan kelimpahan harta oleh Allah, tidak melaksanakan kewajibannya untuk berzakat secara semestinya. Padahal jika sistem penyaluran zakat dilaksanakan dengan semestinya, dengan aturan yang telah ditentukan oleh syari’at, itu dapat mengetaskan kemiskinan dalam pemerataanekonomi masyarakat. Selain itu terjadi pula masalah dalam hal penyalurannya. Agar penyaluran zakat memberikan dampak yang signifikan bagi pengentasan kemiskinan harus ada pemilihan program penyaluran zakat. Dimana diharapkan dengan adanya sistem pemilihan program penyaluran zakat ini, zakat yang disalurkan akan berfungsi dengan baik. Zakat dapat menberikan efek positif yang lebih banyak bagi keluarga miskin.
Saat ini program pendayagunaan zakat yang paling diminati oleh lembaga pengelola zakat adalah program pendidikan, dengan alasan : pertama, semua orang sepakat bahwa jalur untuk mengubah nasib adalah melalui pendidikan. Kedua, program ini relatif mudah dilaksanakan karena tidak memerlukan ketrampilan khusus bagi para Amil, dan yang ketiga, lebih mudah untuk dilakukan evaluasi hasilnya. Dari pendidikan ini merupakan sebuah pokok dari pengentasan kemiskinan. Dengan kualitas pendidikan yang baik diharapkan nantinya dapat dihasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualintas yang dapat mengolah Sumber Daya Alam (SDA) dengan maksimal, sehingga hal itu dapat mengentaskan kemiskinan. 
Zakat tidak harus di berikan kepada mustahik dalam bentuk bantuan uang. Namun harun dengan pengelolaan yang baik agar tercapai tujuan zakat yang semestinya. Menurut DR. Yusuf al-Qardhawi cara untuk mengurangi kemiskinan adalah dengan menggalakkan kerja di kalangan kaum miskin, baik dengan cara menyemangatinya maupun dengan menyediakan lapangan kerja, karena bekerja merupakan perintah Allah SWT yang sangat jelas bahwa setiap manusia harus bekerja. Namun, hal ini pun juga seringkali menuai problem. Oleh karena itu, perlu adanya sistem pendampingan dalam hal ini.

Senin, 11 April 2011

FATWA ROKOK HARAM



            Banyak sekali orang yang memakai rokok setiap harinya, terutama bagi kaum laki-laki. Di sudut manapun kita akan melihat orang yang menghisap rokok(tempat umum). Bukan hanya laki-laki dewasa, tapi kita bisa melihat segala umur juga menggunakannya, terutama remaja yang masih mengenyam pendidikan baik disekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas. Hal ini di sebabkan karena beberapa hal, seperti orang tua yang merupakan pengguna berat juga dan pengaru yang terbesar didapat dari pengaruh linggungan.
            Sebenarnya isu diharamkannya rokok, telah berhembus beberapa tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan karena madzarat dari rokok ini lebih banyak daripada manfaatnya. Beberapa penelitian pun dilakukan baik di negara maju maupun negara berkembang. Seorang pengkaji Universiti Oxford, Dr. Richard Peto, telah memprediksikan bahawa merokok bertanggungjawab menyebabkan kematian kepada tiga 3 juta orang/tahun di seluruh dunia dan diperkirakan dalam masa 30 tahun lagi, lebih daripada 10 juta orang akan mati karena rokok. Ramalan-ramalan serupa telah banyak diutarakan dan kesannya kepada negara-negara maju begitu nyata sekali. Misalnya di Amerika Syarikat saja penggunaan rokok telah dikatakan menurun sejak lima belas 15 tahun yang lalu. Namun di negara-negara dunia ketiga khususnya, trend seperti ini masih belum dapat dikurangi. Di Malaysia, kadar penggunaan rokok diprediksikan 2,000 batang setahun bagi setiap dewasa, berbanding dengan Indonesia 1,050 batang, Thailand 900 batang dan Vietnam 670 batang.
            Sekarang ini larangan(haram) merokok itu bukan hanya isu belaka, tapi sudah menjadi sebuah keyataan. Yang sebelumnya didahului oleh Perda Jakarta yang menurunkan peraturan bagi warganya untuk tidak merokok di tempat-tempat umum, sehingga disediakan smoking area. Perda ini diturunkan untuk mengurangi akibat yang ditanggung perokok pasif(orang yang tidak merokok, tapi ada di dekat orang yang sedang merokok, sehingga tetap menghisap asap rokok).
Pengharaman rokok ini dikelurkan oleh MUI(Majelis Ulama Indonesia) dan Majelis Tarjih Muhammadiyah. Namun, hal ini belum mencapai final, masih banyak pengkajian di beberapa sisi. Hal ini disebabkan pengharaman rokok ini menuai banyak kontroversi dikalangan masyarakat. 
Bagi yang diuntungkan dari bisnis rokok tentu fatwa haram rokok ini, harus ditentang lantaran sangat merugikan dan dapat mematikan mata mencaharian. Walaupun mereka selalu bertopeng dengan, matinya mata pencaharian para petani tembakau. Padahal dari hasil penjualan tembakau ini yang paling diuntungkan adalah para tengkulak dan pebisnis rokok. Karena petanipun menjual tembakau dengan harga jauh lebih murah. Hal ini bisa diambil solusinya yaitu dengan mengganti tanaman tembakau dengan tanaman yang lainnya, bagi para petani. Dan bagi para usahawan bisa membuka lapangan usaha lain.
Sedangkan bagi yang antirokok khususnya kaum ibu dan anak-anak yang selama ini terganggu dengan asap rokok, bahkan gara-gara rokok jatah penghasilan sang bapak untuk keluarga menjadi berkurang, fatwa haram boleh jadi solusi yang tepat. Kita dapat menlihat, lebih sering uang yang digunakan untuk membeli rokok lebih banyak jumlahnya daripada  uang yang dikeluarkan untuk kebutuhan sehari-hari. Zat adiktif dalam rokok ini juga sangat berbahaya bagi kesehatan, yang lebh banyak berimbas kepada perokok pasif.
Para ulama yang mengeluarkan fatwa ini bersandar pada Al-Qur’an yang mengatakan bahwa,"Dan janganlah kalian menjerumuskan diri kalian dalam kehancuran, kerusakan, kebinasaan." Berangkat dari landasan ini, mereka menganalogikan bahwa bahaya yang ditimbulkan rokok sama halnya dengan menjerumuskan diri ke dalam jurang kehancuran dan kebinasaan. Atas dasar itulah, maka fatwa haram menjadi langkah yang tepat untuk menghindarkan manusia dari jurang kehancuran.
Sedangkan sejumlah ulama lain yang menolak fatwa haram berpendapat bahwa tidak ada satu nash pun, baik berupa ayat Alquran ataupun hadis yang secara tegas dan pasti menyebutkan tentang haramnya rokok. Sebagai jalan tengah dikeluarkanlah fatwa makruh bagi rokok, sebagai hal yang harus dihindari dan levelnya berada sedikit di bawah haram. Wallahua’lam bissawab.





Minggu, 10 April 2011

HADITS MENGENAI FIRQAH



            “ …. Sungguh, benar-benar akan terjadi kepada umatku sesuatu keadaan yang pernah terjadi pada Bani Israil, setapak demi setapak mereka meniru dan mengikuti jejak (perilaku) mereka, sehingga jika diantara mereka ada seseorang yang menggauli ibunya secara terang-terangan, maka pada umatku juga benar-benar ada yang melakukan itu. Sesungguhnya Bani Israil telah pecah menjadi 72 sekte, dan umatku akan pecah menjadi 73 sekte yang semuanya berada di neraka, kecuali satu sekte. Para sahabat bertanya “siapakah satu sekte itu, ya Rosulullah?” Rasul menjawab, “ satu (keadaan) kelompok yang saya bersama sahabatku berada panya.” (HR. at-Tirmuzi)
            Dalam hadis lain dikatakan :
            “ …. Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu yakni dari ahli kitab telah pecah menjadi 72 sektr, dan agama ini akan pecah menjadi 73, yang 72 berada di neraka, dan yang satu berada di surga, yaitu al-jama’ah” (HR. Abu Dawud)
            Namun ada hadis yang redaksionalnya bertentangan dengan hadis diatas :
            ”.... umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh sekian kelompok, semuanya di surga kecuali az-zanadiqah.”
            Asy-sya’rani dalam karyanya, al-Mizan meriwayatkan dari ibn an-najjar dan disohihkan oleh pakar hadis, al-hakim dengan lafadz yang ghorib, yaitu : ”umatku akan pecah belah hingga mencapai tujuh puluh sekian kelompok. Semuanya masuk ke surga kecuali satu kelompok.” dalam riwayat ad-Dailami ” yang binasa dari kelompok-kelompok tersebut hanya satu”. Para ulama mengatakan bahwa ia adalah az-zanadiqah. Sementara dalam catatan pinggir kitab al-Mizan yang disebutkan di atas tercantum riwayat melalui sahabat nabi, Anas ra, bahwa nabi bersabda : ”umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh sekian kelompok, semuanya di surga kecuali az-zanadiqah.” rosulullah bersabda dalam riwayat dari Anas pula, ”umat ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh sekian kelompok, sesungguhnya saya mengetahui kelompok yang paling mendapatkan petunjuk itu adalah al-jam’ah.
        “seseorang bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir jangan-jangan menimpaku. Maka aku bertanya; Wahai Rasulullah, sebelumnya kita berada di zaman Jahiliah dan keburukan, kemudian Alloh mendatangkan kebaikan ini. Apakah setelah ini ada keburukan? Beliau bersabda: ‘Ada’. Aku bertanya: Apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan? Beliau bersabda: “Ya, akan tetapi di dalamnya ada dakhanun”. Aku bertanya: Apakah dakhanun itu? Beliau menjawab: “Suatu kaum yang mensunnahkan selain sunnahku dan memberi petunjuk dengan selain petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkarilah”. Aku bertanya: Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan? Beliau bersabda: “Ya”, dai - dai yang mengajak ke pintu Jahanam. Barang siapa yang mengijabahinya, maka akan dilemparkan ke dalamnya. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, berikan ciri-ciri mereka kepadaku. Beliau bersabda: “Mereka mempunyai kulit seperti kita dan berbahasa dengan bahasa kita”. Aku bertanya: Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya? Beliau bersabda: “Berpegang teguhlah pada Jama’ah Muslimin dan imamnya”. Aku bertanya: “Bagaimana jika tidak ada jama’ah maupun imamnya?” Beliau bersabda: “Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu”. (Riwayat Bukhari VI615-616, XIII/35. Muslim XII/135-238 Baghawi dalam Syarh Sunnah XV/14. Ibnu Majah no. 3979, 3981. Hakim IV/432. Abu Dawud no. 4244-4247.Baghawi XV/8-10. Ahmad V/386-387 dan hal. 403-404, 406 dan hal. 391-399)
               Dari hadis-hadis diatas dapat disimpulkan bahwa :
Yang dimaksud potongan hadis diatas adalah golongan yang akan masuk surga, yaitu golongan yang selalu berpegang pada Al-Qur’an dan hadis. Yang selalu mengikuti sunnah Rosulullah.
Yang dimaksud al-jam’ah adalah kelompok barisan yang tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan hadis.
            Ada berbagai golongan beserta sektenya yang berkembang di dunia, dari semenjak Rosulullah SAW wafat sampai sekarang ini. Beberapa diantar golongan beserta sektenya adalah sebagai berikut :

ASURANSI KONVENSIONAL vs SYARI'AH



Asuransi adalah sebuah akad yang mengharuskan perusahaan asuransi (muammin) untuk memberikan kepada nasabah/klien-nya (muamman), sejumlah harta sebagai konsekuensi dari pada akad itu, baik itu berbentuk imbalan, gaji atau ganti rugi barang dalam bentuk apapun ketika terjadi bencana maupun kecelakaan atau terbuktinya sebuah bahaya sebagaimana tertera dalam akad (transaksi), sebagai imbalan uang (premi) yang dibayarkan secara rutin dan berkala atau secara kontan dari klien/nasabah tersebut (muamman) kepada perusahaan asuransi (muammin) di saat hidupnya.
Konsep dasar asuransi adalah untuk memberikan ketenangan pada seseorang dari bahaya yang mungkin terjadi dan menyebabkan kerugian materiil maupun immaterial. Dengan kata lain, asuransi bertujuan untuk meminimalisir ketakutan akan kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan dan dapat membawa dampak ang tidak disukai. Target asuransi adalah menghilangkan atau meminimalisir ketakutan dan kekhawatiran.
            ASURANSI KONVENSIONAL
Ciri-ciri asuransi konvensional, diantaranya adalah:
ASURANSI SYARI’AH
Ciri-ciri asuransi syari’ah diantaranya adalah sebagai berikut:
Adapun system, prosedur dan sarana-sarana kontemporer yang dapat diterapkan dalam bidang asuransi islam antara lain: system asuransi kolektif Islam, system investasi untuk asuransi, system dana asuransi kesehatan swadaya(swasta), dan system takaful di lembaga-lembaga sipil. Namun, semua itu harus tunduk pada prinsip aturan syara’.
Perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi syari’ah adalah sebagai berikut:
Ada beberapa pendapat mengenai asuransi ditinjau dari fiqh Islam. Perbedaan tersebut terbagi menjadi tiga, yaitu:
Pendapat ini dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, Abdullah al-Qalqii (mufti Yordania), Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil al-Muth‘i (mufti Mesir). Alasan-alasan yang mereka kemukakan ialah:
Pendapat kedua ini dikemukakan oleh Abd. Wahab Khalaf, Mustafa Akhmad Zarqa (guru besar Hukum Islam pada fakultas Syari‘ah Universitas Syria), Muhammad Yusuf Musa (guru besar Hukum Isalm pada Universitas Cairo Mesir), dan Abd. Rakhman Isa (pengarang kitab al-Muamallha al-Haditsah wa Ahkamuha). Mereka mempunyai alasan bahwa:
Pendapat ketiga ini dianut antara lain oleh Muhammad Abdu Zahrah (guru besar Hukum Islam pada Universitas Cairo).
Alasan kelompok ketiga ini sama dengan kelompok pertama dalam asuransi yang bersifat komersial (haram) dan sama pula dengan alasan kelompok kedua, dalam asuransi yang bersifat sosial (boleh).
Alasan golongan yang mengatakan asuransi syubhat adalah karena tidak ada dalil yang tegas haram atau halalnya asuransi itu.








Kamis, 20 Januari 2011

KISAH DUA ORANG SAHABAT


            Sebut saja Resti dan Ilma. Dua bocah ini bersahabat sejak kelas satu SMA. Sudah seperti saudara hubungan di antara mereka berdua. Mereka di pertemukan pada sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang dakwah sekolah. Tak ada yang meragukan lagi loyalitas keduanya dalam menyerukan agama Allah. Padahal mereka berasal dari latar belakang keluarga yang bertolak belakang.
            Dalam sebuah persahabatan bukannya tidak mungkin terjadi perselisihan. Kerap memang terjadi perselisihan di antara mereka. Apa lagi saat-saat mereka duduk di kelas satu SMA. Salah paham sering sekali terjadi karena belum bisa saling memahami.
            “Sifat Resti itu sebenarnya seperti apa si Lyl?” tanya Ilma pada Lyla, teman Resti saat SMP.
            “Emang kenapa Ilma?” tanya Lyla, meminta kejelasan.
            “Hari ini sikapnya aneh banget sama aku. Dia banyak diemnya, padahal kan aku harus koordinasi sama dia. Aku takut kalau ada salah yang aku lakukan kepada dia, tapi aku tidak merasakannya,” jawab Ilma menjelaskan.
            “Memang seperti itu lah sifat Resti. Mungkin dia sedang ada masalah. Jangan diambil hati,” jawab Lyla.
            Mulai saat itulah Ilma bisa menerima segala sifat Resti. Dia mulai belajar dan bejar sifat sahabatnya itu, agar tidak terjadi perselisihan lagi.
            Tibalah saatnya mereka harus berpisah. Mereka berdua sama-sama mendaftar di sebuah perguruan tinggi favorit di daerah Jogja. Tentunya pada jurusan yang berbeda. Karena minat mereka pun berbeda. Berangkat-menginap-pulang nya pun bersama.
            Nasib lah yang menentukan mereka. Ilma yang sudah duluan diterima di sebuah perguruan tinggi islam, keterima di perguruan tinggi favorit itu juga. Sedangkan Resti kebalikannya, dia tidak diterima.
            Akhirnya Resti yang punya idealisme tinggu itu, mencoba ikut lewat jalur SNMPTN. Namun, memang nasib belum berpihak kepadanya juga. Dia belum juga keterima. Karena dia hanya ingin kuliah di suatu jurusan di pergurun tinggi favorit itu, makanya dia rela untuk menunggu waktu satu tahun. Satu tahun itu dia pergunakan untuk belajar. Dia mencoba kembali ikut tes jalur mandiri di tahun berikutnya. Alhamdulillah dia keterima.
            Di saat Resti bisa menggapai impiannya. Ilma jatuh sakit dan harus berhenti dari kuliahnya. Otomatis nasib mereka berbalik. Ilma dengan sakitnya itu harus berdiam diri di rumah.
            Rasa putus asa pastilah itu yang dirasakan Ilma. Sementara dia melihat Resti yang terus menanjak karir dakwah nya di kampus, sedangkan Ilma hanya bisa termenung di rumah dengan sakitnya.
            Dengan sabar Resti selalu menghibur dan menyemangati Ilma, seperti apa yang dilakukan Ilma dulu ketika dia belum bisa melanjutkan kuliah. Berbula-bulan Ilma terpuruk dengan kondisinya. Namun, dengan dukungan besar dari Resti, Ilma bisa bangkit dari keterpurukannya.
            Dengan kemampuannya dalam bidang tulis menulis, Ilma mulai mengembangkan kemampuannya tersebut. Akhirnya dengan semangat yang tidak pernah putus, Ilma bangkit dan hidup dengan tulisan-tulisannya. Sehingga dia banyak di kenal orang.

Hikmah:
ü  Dalam bersahabat itu kita harus saling mengenal dan memahami satu sama lain, agar tidak terjadi perselisihan.
ü  Dalam bersahabat kita harus saling mendukung dan menasehati. Berteman dalam susah maupun sedih.
ü  Nasib  seseorang hanya Allah lah yang tahu, maka kita harus memasrahkan hidup dan mati kita kepada Allah.
ü  Kita harus bangkit, tidak boleh putus asa, dengan cobaan yang di berikan Allah kepada kita. Karena sesungguhnya Allah punya rencana lain yang lebih indah dibalik cobaan yang diberikan.

Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Cermin Berhikmah di BlogCamp.

Sabtu, 15 Januari 2011

Belajar Self Publishing

Beberapa hari yang lalu aku kebingungan mencari penerbitan untuk naskah novel pertamaku yang barusaja aku tulis. Naskah itu aku selesaikan dalam waktu empat belas hari. jangan kira aku hanya menulis itu doang setiap harinya. walaupun setiap harinya aku hanya mampu untuk menulis karena segala keterbatasanku, tapi tetap saja aku mengerjakan hal yang lainnya. di tambah lagi lampu yang sering mati dan dan semangatku yang bisa tiba-tiba turun tanpa sebab.
Eh kok malah cerita novel... yuk kembali ke pencarian penerbit.
Aku buka satu persatu profil penerbit yang aku tahu. Satu, dua, tiga sampai tak tahu berapa jumlahnya. dari penerbit yang kelas paus sampai yang kelas teri, jugapenerbit indie yg baru saja berdiri. Aku jatuh cinta pada beberapa penerbit. tapi aku masih meyakinkan diriku.
Lihat penerbit indie ada paket-peket yang pake ISBN, ada juga yang nggak pakai ISBN. jadi penasaran apa ISBN. dasar nggak gaul diriku. lha mau gaul gimana orang nggak pernah keluar rumah sama sekali.

Senin, 03 Januari 2011

KAU BANGKITKAN AKU

            Kisah menulis saya di mulai tujuh bulan yang lalu. Ketika UAS aku harus masuk rumah sakit. Dan aku harus mengambi cuti kuliah. Padahal waktu itu baru menginjak akhir tahun pertama di kampus.
Rasa tidak terima, down, putus asa, itu pasti terjadi pada diri saya sampai tiga bulan yang lalu. Ketika melihat pisau, rasanya ingin sekali menyayat kulit saya sendiri. Pikiran untuk eutanasia pun pernah melitas di pikiran saya. Karena tidak kuatnya menahan rasa sakit.
Benar-benar merasa hancur hidup saya. Ditambah lagi dengan semua teman-teman saya seperti meninggalkan saya begitu saja ketika tubuh ini mulai tergeletak lemah ditempat tidur seetiap hari. Mereka tidak pernah menghubungi saya lagi.
Saya hanya bisa melamun setiap hari. Kondisi saya terus menurun. Halusinasi-halusinasi mulai berkelebat di otak saya. Saya menjadi orang yang sangat pelupa. Apa yang baru saja saya omongin pun, kadang lupa. Kejadian yang telah terjadi hari kemarin pun lupa.
Dengan melihat kondisi saya seperti itu. Orang tua saya memutuskan untuk membelikan laptop. Karena memang sebelum aku masuk rumah sakit aku sudah meminta dibelikan laptop. Dengan harapan, kalau saya punya laptop minimal saya bisa menulis apa saja dengan laptop itu, syukur-syukur menghasilkan sebuah karya.
Kegembiraan saya hanya bertahan kira-kira dua minggu. Habis itu, laptop hanya saya biarkan menganggur.
Orang tua saya sepertinya memutar otak lagi untuk bisa memberikan kebahagiaan pada diri saya. Akhirnya terbelilah modem. Bangkitlah semangat saya lagi dengan adanya modem. Tapi Allah berkata lain, baru senang-senangnya bercengkerama selama seminggu dengan modem, saya harus masuk rumah sakit lagi.
Dan cobaan itu tambah berlipat. Setelah keluar dari rumah sakit, Allah mengurangi nikmat saya untuk bisa berjalan. Saya hanya bisa berbaring dan semuanya dilayani. Sungguh tidak bergunanya hidup saya.
Saya mencoba untuk terus bangkit. Saya tidak boleh terpuruk terus. Saya harus memberikan kemanfaatan untuk orang lain. Walaupun saya hanya bisa berbaring, tapi akan saya buktikan bahwa saya tetap mampu memberikan kebaikan kepada orang lain.
Saya mulai menulis, menulis dan menulis. Menulis apa saja. Ketika saya harus menulis sebuah cerpen misalnya, saya harus dengan susah payah, membaca berkali-kali apa yang sudah saya tuliskan diawal, pasalnya lupa. Ide yang sudah muncul di otak pun tiba-tiba hilang. Tapi saya  terus berusaha.
Mulai saya posting tulisan-tulisan saya di blog pribadi, di note fb, dan di share ke teman-teman. Alhamdulillah mendapatkan respon bagus dari teman-teman. Hingga menumbuhkan semangat baru dalam diri saya. Teman-teman yang dulu tidak begitu akrab pun mulai curhat/konsultasi lewat fb. Rasanya hidup menjadi berwarna lagi. Saya mulai bangkit. Ternyata saya berguna, tidak seperti apa yang saya pikirkan semula.
Berlembar-lembar tulisan saya hasilkan setiap hari dengan susah payah. Saya menulis bukan dengan kemampuan, tapi saya menulis dengan semangat. Saya sedang berusaha untuk menembus penerbitan. Agar saya buktikan, bahwa dalam kondisi apapun, kita tetap bisa berkontribusi untuk kebaikan.