Laman

Senin, 03 Januari 2011

KAU BANGKITKAN AKU

            Kisah menulis saya di mulai tujuh bulan yang lalu. Ketika UAS aku harus masuk rumah sakit. Dan aku harus mengambi cuti kuliah. Padahal waktu itu baru menginjak akhir tahun pertama di kampus.
Rasa tidak terima, down, putus asa, itu pasti terjadi pada diri saya sampai tiga bulan yang lalu. Ketika melihat pisau, rasanya ingin sekali menyayat kulit saya sendiri. Pikiran untuk eutanasia pun pernah melitas di pikiran saya. Karena tidak kuatnya menahan rasa sakit.
Benar-benar merasa hancur hidup saya. Ditambah lagi dengan semua teman-teman saya seperti meninggalkan saya begitu saja ketika tubuh ini mulai tergeletak lemah ditempat tidur seetiap hari. Mereka tidak pernah menghubungi saya lagi.
Saya hanya bisa melamun setiap hari. Kondisi saya terus menurun. Halusinasi-halusinasi mulai berkelebat di otak saya. Saya menjadi orang yang sangat pelupa. Apa yang baru saja saya omongin pun, kadang lupa. Kejadian yang telah terjadi hari kemarin pun lupa.
Dengan melihat kondisi saya seperti itu. Orang tua saya memutuskan untuk membelikan laptop. Karena memang sebelum aku masuk rumah sakit aku sudah meminta dibelikan laptop. Dengan harapan, kalau saya punya laptop minimal saya bisa menulis apa saja dengan laptop itu, syukur-syukur menghasilkan sebuah karya.
Kegembiraan saya hanya bertahan kira-kira dua minggu. Habis itu, laptop hanya saya biarkan menganggur.
Orang tua saya sepertinya memutar otak lagi untuk bisa memberikan kebahagiaan pada diri saya. Akhirnya terbelilah modem. Bangkitlah semangat saya lagi dengan adanya modem. Tapi Allah berkata lain, baru senang-senangnya bercengkerama selama seminggu dengan modem, saya harus masuk rumah sakit lagi.
Dan cobaan itu tambah berlipat. Setelah keluar dari rumah sakit, Allah mengurangi nikmat saya untuk bisa berjalan. Saya hanya bisa berbaring dan semuanya dilayani. Sungguh tidak bergunanya hidup saya.
Saya mencoba untuk terus bangkit. Saya tidak boleh terpuruk terus. Saya harus memberikan kemanfaatan untuk orang lain. Walaupun saya hanya bisa berbaring, tapi akan saya buktikan bahwa saya tetap mampu memberikan kebaikan kepada orang lain.
Saya mulai menulis, menulis dan menulis. Menulis apa saja. Ketika saya harus menulis sebuah cerpen misalnya, saya harus dengan susah payah, membaca berkali-kali apa yang sudah saya tuliskan diawal, pasalnya lupa. Ide yang sudah muncul di otak pun tiba-tiba hilang. Tapi saya  terus berusaha.
Mulai saya posting tulisan-tulisan saya di blog pribadi, di note fb, dan di share ke teman-teman. Alhamdulillah mendapatkan respon bagus dari teman-teman. Hingga menumbuhkan semangat baru dalam diri saya. Teman-teman yang dulu tidak begitu akrab pun mulai curhat/konsultasi lewat fb. Rasanya hidup menjadi berwarna lagi. Saya mulai bangkit. Ternyata saya berguna, tidak seperti apa yang saya pikirkan semula.
Berlembar-lembar tulisan saya hasilkan setiap hari dengan susah payah. Saya menulis bukan dengan kemampuan, tapi saya menulis dengan semangat. Saya sedang berusaha untuk menembus penerbitan. Agar saya buktikan, bahwa dalam kondisi apapun, kita tetap bisa berkontribusi untuk kebaikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar