Laman

Selasa, 28 Desember 2010

1001 Cerita Cinta Ibu dan Anaknya (Ibuku Matahariku)

Tidak sampai dua minggu lagi umurku beranjak dua puluh tahun. Umur yang sudah bukan remaja lagi, bahkan anak-anak, jauh sekali. Tapi mungkin kalau orang melihat aku masih seperti bayi, yang apa-apa harus dilayani oleh ibuku sendiri.
Kisah ini bermula dari peristiwa kurang lebih dua tahun yang lalu. Dua tahun yang lalu aku harus di rawat di sebuah rumah sakit di kotaku. Bukan hanya ibu yang menungguiku waktu itu (karena sudah malam, kalau siang ibu yang menungguiku sendiri), tapi ibu yang paling panik, ketika aku mengalami kejang separoh badan. Ibu menangis, walaupun aku sudah bertahan untuk tidak meneteskan air mata (waktu itu yang sadar juga cuma separo dari badanku, jadi tau kalau ibu menangis).
Setelah peristiwa itu, tubuh ibu yang tadinya lumayan gemuk kini semakin kurus. Aku sering merasa bersalah. Karena sakitkulah ibu menjadi kurus. Tapi ibu kelihatan sehat (jarang mengeluh sakit), yang dulunya sakit-sakitan. Aku tau semua itu demi menjagaku. Karena semakin kebelakan semakin sering aku masuk kerumah sakit dan hanya ibulah yang menjaga dan merawatku setiap hari.
Walaupun aku sering masuk rumah sakit, tapi tetap saja aku masih bisa kuliah di kota lain. Aku tau ibu selalu mengkhawatirkanku di rumah. Apalagi kalau ibu mendapat telpon atau sms dari teman sekamarku, beliau pasti sangat khawatir dengan keadaanku.
Tapi akhirnya tujuh bulan lalu aku harus mengambi cuti, karena kondisiku yang semakin menurun. Setiap hari ibu menemaniku, tidak mau meninggalkanku sendiri dirumah, karena aku sering berhalusinasi.
Apalagi setelah kejadian tiga bulan yang lalu. Waktu itu kesehatanku sudah mulai membaik, sehingga ibu tidak begitu khawatir dengan diriku. Aku tidak selalu diawasi lagi. Tapi waktu itu ba’da maghrib, aku mengalami kejang hebat di kamar sendirian, ibu menemukanku telah kaku tubuhku. Padahal ibu hanya sendiri denganku di rumah. Ibu langsung berteriak meminta tolong tetangga-tetanggaku dan membawaku kerumah sakit.
Sejak itulah ibu tidak mau meninggalkan aku sedikitpun. Bahkan sampai satu bulan setelah itu, ibu masih melarangku untuk hanya sekedar diruangan lain/kamar lain sendirian. Ibu sangat trauma dengan kejadian itu. Apalagi dengan kondisiku sekarang yang sudah tidak bisa berjalan, ibu selalu melayani seluruh kebutuhanku, dari makan, minum, minum obat, dll. Dan hampir semua keinginanku yang aku ucapkan diturutinya. Pokoknya menjadi anak keci lagi. Di tambah lagi, aku merupakan anak terakhir yang mana kakak-kakakku sudah berkeluarga semuan.
Ibu terimakasih atas cintamu...........

*Kisah ini diikutsertakan dalam lomba kisah ibu dan anak www.aulaady.com di sini

Sabtu, 18 Desember 2010

SI KOTAK HITAM

 Saat ini aku bener-bener lagi malez ngapai-ngapain, mau tidurpun juga nggak ngantuk.
jadilah merenung....
mengingat tujuh bulan yang lalu.
Tak terasa ya, aku sudah tujuh bulan hidup menyendiri di rumah (bukannya tidak menganggap keberadaan bapak dan ibu) jauh dari keramaian. mungkin harapanku masih ada untuk bisa berkumpul dengan teman-temanku yang ada di sini, sekedar ngaji, bertukar pikiran atau pun bercanda bersama, kalau saja kaki ku bisa untuk berjalan.
Namun hampir tiga bulan yang lalu Allah mengurangi kenikmatan itu. ya hanya si kotak hitam(layar berukuran 10 inci) inilah temanku sehari-hari untuk membuka dunia. Dan seseorang yang selalu menemaniku untuk ngobrol, disela-sela aku bermesraan dengan sahabaku, si kotak hitam. hanya dia, si kotak hitak hitam dan ibu bapakku.
Teringat tujuh bulan yang lalu, mengawali kisahku hari-hari ini....
Status-statusku di FB yang bikin heboh beberapa teman, sampai mereka berkunjung ke kost untuk memastikan keadaanku. ya... keinginanku untuk 'Eutanasia'. bener-bener putus asa waktu itu. obat-obatan yang bisa menguras habis gaji bapak(bahkan kurang) hanya untuk menahan rasa sakitku saja, tanpa menyembukan.
beberapa hari setelah status-statusku yang nggak jelas itu aku harus dirawat dirumah sakit. dan aku harus mengambil cuti kuliah setelah itu. Hmmm... bener-bener terpuruk. aku masih belum bisa menerima ini semua. hanya melamun setiap hari, si kotak hitam belum terbeli waktu itu. baca buku sebagai hobyku saja aku blm bisa, pusing kalau baca buku. menulispun aku tanganku tak bisa. teman-temanpun seperti menjauh dari diriku. hanya seorang teman saja yang sering menelponku, bahkan bisa dibilang setiap hari. dia yang selalu menguatkanku. meyakinkanku untuk benar-benar mengambil cuti kuliah.
Ya akhirnya aku luluh juga dibuatnya, aku mengambil cuti kuliah selama satu semester(yang sedang aku jalani sekarang). si kotak hitam pun akhirnya terbeli. cuma beberapa hari aku memanfaatkannyaa untuk menulis, aku sudah mulai semangat. tapi aku terpuruk lagi, kaarena setiap hari aku harus merasakan sakit yang luar biasa. aku merasa aku sudah tidak punya masa depan lagi. ada beberapa orang yang menyarankan untuk membeli modem. ya akhirnya modem pun terbeli akupun bangkit lagi, aku bisa tau kabar-kabar diluar sana. yang selama ini ketika aku tanyakan kepada teman mereka tidak mau menjelaskan. mereka menganggap aku benar-benar harus istirahat total. tidak boleh memikirkan apapun.
Ya sudahlah... memang ini nasibku. benar-benar merasa sebagai orang yang tersingkirkan. dengan si kotak hitam aku mulai bermesraan, kata demi kata aku rangkai dengan susah payah, karena kemampuan otakku tak seperti dulu. aku mencoba membuat blog. aku posting tulisan-tulisanku, aku share ke FB. alhamdulillah banyak yang mengomentari. aku mendapat dukungan dari situ. beberapa teman juga memanfaatkan aku yang OL setiap waktu untuk curhat masalah-masalahnya, itulah energiku. beberapa tulisan yang aku baca dari internet, menuntunku menemukan hikmah dari keadaanku.

DALAM KESENDIRIAN KURANGKUM SERPIHAN-SERPIHAN ITU!
INGIN SELALU BERMANFAAT UNTUK ORANG LAIN, ITU VISIKU!
AKU BAHAGIA DENGAN KEADAANKU SEKARANG....
AKU MENIKMATINYA......

Sabtu, 11 Desember 2010

Catatan : NASYID KENANGAN

 "Bingkai Kehidupan"
mengingatkanku pada sebuah perjalanan, fase-fase pertama kali mengenal dakwah....
dengan sebuah azzam suci....
Allah ghoyatuna...
Muhammad Qudwatuna...
Qur'an dusturuna...
Jihadus sabiluna...
Asma' amanina...
Membakar ghiroh, jundi-jundi kecil untuk selalu menebar kasih disebuah sekolah....
(Rotanstu: Masjid al-Hidayah)

"Robithoh"
ketika kami semua lelah.....
genggaman tangan erat saudara seperjuangan mengalirkan energi dahsyat....
bait-bait do'a yang selalu terselip disela-sela sujud panjang disepertiga malam,
membuat rekatnya persaudaraan......
(Rotanstu: Bawah pohon kelengkeng)

"Selamat Tinggal Sahabat"
ketika perpisahan itu pun datang...
peluk erat, menjadi penguat...
meneguhkan hati yang kan berpisah, lanjutkan perjuangan....
(Rotanstu: Pantai jati malang)

"Arruhul Jadid"
berharap ruh jihad itu selalu merasuk...
dalam ruangan 3x3 m, dengan dua orang anak manusia...
(Kamar: Arruhul Jadid)

"Pertengkaran Kecil"
ketika pertengkaran-pertengkaran kecil itu terjadi...
mengajarkan untuk selalu megambil hikmah...
menambah rekatnya ukhuwah...
(Kamar: Arruhul Jadid)

"Jejak"
Ghiroh itu terus berkobar, disetiap hati jundullah-jundullah yang siap berjuang...
perjalanan masih panjang....
mengajarkan pada diri untuk terus belajar, karena merasa jauh tertinggal...
(Waduk Sermo)

Jumat, 10 Desember 2010

Catatan : Hmmmm........

            Pagi ni aku pengin banget nulis tapi nggak tau mau nulis apa? Rasanya udah gatel tangannya, kemarin seharian Cuma nulis catatan aja. Itupun dikit banget.
Pengen banget nulis buat adik-adik yang masih kelas tiga prihatin melihat status-status merekayang sepertinya sudah capek belajar, butuk penyegaran, butuh motivasi. Penyakit yang mulai menyerang akibat stres dan capek, kadang malah bisa sampai kehilangan orientasi.
Dulu pernah ditawari seseorang untuk nulis buat anak-anak yang lagi berada dimasa kritis seperti itu, tapi ya namanya belum ada ide ‘apa yang paling tepat diberikan pada mereka?’. Kalau modelnya kayak nasihat-nasihat gitu, pasti bosen. Orang udah baca buku pelajaran yang setumpuk gitu, tapi harus baca tulisanku yang penuh dengan teori, alhasil yang cuma ditumpuk bareng buku-buku pelajaran itu.
Komentarnya nanti, “kita tak butuh teori mbak, tapi kita butuh sebuah kenyataan yang mudah dipahami.”
Kalau buat sebuah cerita, sejenis cerpen gitu. Tak semuanya masalah dan nasihat itu bisa diilustrasikan (halah mbak, ilustrasi ki opo? Wis mumet, ditambah mumet) dalam wujud cerita. Ilustrasi = gambaran. So masalah dan nasihat itu tidak semuanya bisa digambarkan dalam wujud cerita. Dan juga, kadang pemahaman yang satu dengan yang lainnya itu beda. Kadang orang bisa menyimpulkan hikmah dari sebuah cerita dengan mudah dan mengerti apa yang seharusnya dia lakukan. Tapi kadang orang membaca cerita hanya mengambil sisi seninya saja, tampa mengambil pesan yang mau diambil. Ada juga orang yang memiliki kemampuan dan karakter berbeda, dia bisa sangat mudah mengambil hikmah dari sebuah cerita.
Halah.... malah dadi ngalor ngidul, nggak sampai-sampai..............
Yah gini sajalah, sebagai awalan semoga apa yang akan aku tulis nanti bermanfaat. Pokoknya yang tak tulis gado-gado wis.
Biasanya kalau udah masuk kelas tiga SMA (eh... sama aja ding yang memasuki kelas 6 SD, 3 SMP, dan semester-semester akhir kuliah), kepribadian kita akan berubah drastis. Yang tadinya malez belajar, nggak pernah punya catatan, dulu kelas satu dan dua nggak pernah nyatet, sibuk kesana kemari cari catatan temen, mulai getol belajar. Yang tadinya sholat dzuhur ja bolong-bolong/telat-telatan, mulai deh sholat dhuha, yang tadinya nggak pernah puasa senin-kamis, nggak tanggung-tanggung nih puasa daud (alhamdulillah, semoga tetap istiqomah, kalau dah lulus). Penyakit mulai melanda. Banyak yang harus nginep di rumah sakit (pengalaman pribadi, maksudnya). Kalau sudah ditengan-tengah, sudah banyak melewati TUC dan pelajaran tambahan, Kebosenan itu melanda, “mbak aku kehilangan motivasi! Aku bosen belajar,” ungkap beberapa orang, dan aku sendiri pun dulu juga merasakan.
A.    Bagaimana hal itu agar bisa konstant? (oh ya, tadi sepertinya aku menuliskan kata istiqomah, istiqomah=konstant=sama dan menuju pada yang lebih baik).
Buat diri kita rileks/santai, tapi tetap harus belajar, biar nggak sakit dan ujung-ujungnya stres. Gimana caranya?
·         Hal yang berlebihan itu nggak baik, jadi kalau capek istirahat. Gunakan istirahat se-efektif mungkin. Jangan sampai kurang tidur. Karena kalau kurang tidur, nanti bisa sakit apalagi ditambah otak yang diforsir. Tapi jangan sampai istirahat terus ya, trus dipakai hal-hal yang tidak bermanfaat. Tetap harus belajar!!
·         Dekatkan diri pada Allah, biasanya berhrap agar do’a kita dikabulkan. Jauh dari itu, kita bisa mendapatka ketenagan. Kalau hati nyaman, pikiran tenang, kita bisa melakukan apapun dengan baik.
·         Banyak yang belajar sukanya sambil ngemil. Menurutku uang yang digunakan untuk beli jajanan yang kayak gitu, dipakai buat beli susu aja. Jadi ngemilnya, minum susu sedikit demi sedikit, he..... Kan nambah energi. (perlu ditiru mungkin. Pas waktu ujian jamanku, banyak yang bawa susu ke sekolah).
B.     Butuh motivasi.
Jadikan Allah, orang tua, dan orientasi menjadi motivasi.
 Hanya Allahlah sandaran kita tempat meminta. Jangan sampai hal-hal tidak baik itu dilakukan, contohnya nyontek. Karena itu efeknya nggak baik. Nilainya emang bagus(kadang). Tapi dulu aku sama temenku mengandakan infestigasi, Allah memang adil, walaupun nilai bagus-bagus, tapi mereka belum tentu beruntung masa depannya nanti(red: nggak keterima-keterima di perguruan tinggi), karena tidak berokah.
Apalagi kalau sudah main mantra, wah lebih parah itu. Mungkin kalian nggak percaya. Tapi ada pengakuan seorang ustadz, beliau juga seorang guru muridnya ada yang bilang kalau pensil yang buat ujian itu dikasih do’a-do’a tertentu. Wah itu jelas menduakan Allah. Allah akan murka ketika beliau tersisihkan, Allah bisa melakukan apa saja sesuai kehendaknya.
Tentunya kita tidak akan mengecewakan orang tua kita kan? Yang sudah berkorban mati-matian untuk kita. So tulis itu besar-besar dikamar kita, “bapak ibu akan ku persembahkan nilai ini padamu, akan kubuktikan bahwa aku bisa!” atau apalah terserah. Yang penting ingat pengorbanan orang tua. Itu akan memotivasi kita untuk terus belajar dan berusaha.
Tak terkecuali sebagai motivasi kita adalah orientasi kita kedepan. Pastinya bukan sampai berhenti disini saja kan kehidupan kita. Masih ada kehidupan lain didepan sana. Maka tentukan target. Kalau pengin bisa kuliah di kedokteran, masa nilai biologinya 5,00, lucu kan?
“Tapi mbak aku nggak punya rencana kuliah. Orang tuaku nggak mampu membiayainya. Jadi aku nggak semangat lagi”
Eitt.... jangan keburu bilang gitu. Kan kalau nilainya bagus bisa cari beasiswa buat kuliah. Dan kalaupun tidak berniat sama sekali buat nglanjutin, nilai-nilai itu pasti akan dibuat pertimbangan ketika kita mau bekerja...
Cukup ini dulu ya, kalau ada ide lagi kalau dan ada masukan dari yang baca tulisan ini, insyaAllah akan aku lanjutkan dengan yang lainnya.
Semoga bermanfaat, maaf kalau malah buat binggung dan menyita beberapa menit waktu kalian dalam belajar untuk baca tulisan ini.....
Aku tunggu masukan dan kritiknya....
SEMANGAT!!! JALAN MASIH PANJANG.......................................................

Catatan : TAK SELAMANYA POPULER

Baru aja baca sebuah cerpen yang mengingatkanku pada sebuah popularitas........
sebenarnya sih isinya tentang percintaan, tapi aku bisa mengambil hikmah lain di dalamnya...
aku jadi menyadari bahwa popularitas itu tak penting. Belum tentu Allah memberikan pahala lebih pada seorang qiyadah daripada kepada seorang mad'u. karena kadang ketika kita menjadi seorang qiyadah kita akan menjadi gila popularitas. mungkin seorang mad'u yang tak terlihat kerja&popularitasnya, lebih ikhlas daripada seorang qiyadah yang terlihat loyal terhadap dakwah.
Aku jadi bisa mengambil hikmahnya dengan keadaanku sekarang...
dulu aku cukup populer dikalangn dakwah sekolah, dengan loyalitasku tak ada yang meragukan lagi. karier dakwah di kampuspun juga langsung melesat jauh. tak tanggung-tanggung, terpilih menjadi anggota majelis syuro'. menempati pos-pos trategis, dibeberapa organisasi dakwah, banyak didengar namanya.
tapi sekarang..... Allah ingin memberikan pelajaran bagiku. dengan segala keterbatasan yang aku miliki, apakah aku masih bisa loyal seperti dulu???
Allah tidak akan melihat kita sekarang diposisi apa, tapi kontribusi apa yg bisa kita berikan dengan segala keterbatasan, menjadi seorang yang tersisihkan......

Sabtu, 27 November 2010

SUKA DUKA SMA

            Suatu hari jalan-jalan ke pameran buku sama temen-temen rohis. E.... ketemu buku “100% DAKWAH KEREN!”, yang ditulis oleh Sofwan Al Banna.  Langsung lahap sapai habis. Jadi,”SIAP TEMPUR LAGI!!! LANJUTKAN.....”
            Ketika dulu membaca buku ini aku dalam keadaan ‘menjadi orang yang merasa jenuh kehilangan orientasi dalam dakwah’, (cocok sama sasaran pembaca dalam buku ini). Jenuh karena saking banyaknya masalah yang terjadi. waktu itu di ROHIS SMA 7 Purworejo dan KARISMA(Keluarga Rohis SMA/SMK/MA se-Purworejo) sedang banyak-banyaknya kegiatan dan juga masalah. Sampai-sampai ada seorang alumni yg bilang “aku nggak mau lihat de Khusnul nangis lagi,”(ketahuan cengengnya nih!he....). karena setiap ada masalah aku pasti curhat sama alumni & nangis. Mereka selalu bilang, ”ini proses tarbiyah untukmu dek!” tanpa memberikan solusi. Hmmm... dongkol juga sebenarnya digituin. Tapi sekarang dah bisa ambil hikmah dari ucapan itu. Sunguh luar biasa memang, menjadikan aku lebih bisa bersikap dewasa dan tanggung jawab.
            Banyak banget pelajaran yang dapat aku ambil dari buki ini, beberapa diantaranya yang akan aku ceritakan berikut ini.
A.    Tentang Dakwah Fardiyah(DF).
Kata temen-temenku di rohis dulu, aku orangnya nggak bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Sosok yang ditakuti, serius dan tak kenal kompromi. Aku akui, memang begitulah aku.
Setelah aku baca buku ini, aku jadi tau, betapa pentingnya DF untuk mengajak orang lain, belajar bersama untuk mengenal Allah. Mulai dari itu aku belajar untuk bisa melakukan DF denga baik. Dengan mulai melepaskan sedikit idealismeku, agar bisa diterima temen-temen yang masih ammah; Mulai mendekati mereka secara pribadi; Menjadikan diri sebagai pribadi magnsetis(pinjem istilah salah satu judul buku); dll.
Alhamdulillah usahaku pun berbuah manis. Banyak teman yang mengaku awalnya takut dengan diriku, takut harus gini harus gitu, e....tapi ternyata kalau udah kenal beneran, enak orangnya. Bahkan akhirnya banyak yang terbuka dan curhat ke aku, baik masalah pribadi maupun bertanya soal pengetahuan agama. Bukan hanya sesama angkatan, ataupun adik angkatan, tapi juga kakak angkatan.
Kisah yang lucu. Waktu itu di masjid sekolah aku dan temen kelasku yang kebetulan anak rohis sedang berdiskusi.
Tiba-tiba ada yang menyapa dari balik hijab, dan langsung bilang, “mb khusnul ya?”
“iya, ada apa de,” jawabku dari balik hijab, aku kurang begitu tau dia siapa. Yang aku tau, hari sebelumnya dia mengikuti kajian akhwat yang aku isi dari balik hijab juga. Dia anak kelas X. Dia tiba-tiba curhat panjang lebar tentang masalahnya. Aku sebisa mungkin memposisikan diri sebagai pendengar yang baik dan mencoba untuk mengajaknya memecahkan masalah tersebut.
Setelah adik angkatanku itu pergi, temenku tadi crita, kalau dialah yang sekarang ini menjadi idola para cewek di sekolah, bukan hanya yang satu angkatan dengannya saja, tapi kakak kelasnya juga mengejarnya.(ketahuan nggak ma’rifatul medan nih! He............).
Tak lama kemudia, ada suara ikhwan lagi dari balik hijab. Dia tiba-tiba minta untuk curhat juga. Yang satu ini aku nggak tau sama sekali siapa? Hari yang aneh pikirku. Ada dua orang ikhwan kelas X yang tak aku kenal, curhat dalam waktu yang sama. Yang lebih bikin aku kaget dia curhat kalau dia sedang dilanda virus merah jambu dengan adik kelasku waktu SMP(gubrag....!), yang kebetulan satu kelas dengannya.
B.     Jaminan pertolongan Allah, jika kita menolong agama Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan pijakan kakimu,”(QS. Muhammad: 7)
Aku tambah yakin setelah baca buku ini bahka ketika kita menolong agama Allah(berdakwah), Allah pasti akan menolong kita.
Sebuah crita dipenghujung SMA. Mungkin kalau yang tahu diriku, aku di cap anak bandel. Udah sakit-sakitan, mo hadapi ujian kelulusan, masih ja sibuk ngurusi dakwaah sekolah. Sampai-sampai ada temen kost yang bilang, “Masih muda, kok dibuat susah!”
Tapi Alhamdulillah aku bisa lulus ujian dengan baik dan dapat ketrima di dua Universitas Negeri sekaligus, di Yogyakarta. Padahal temen-temen yang lebih piter dari aku banyak yang belum keterima di perguruan tinggi manapun. Aku yakin hanya tangan-tangan Allah lah yang bekerja.
C.     Dana Minim+Ingin dakwah lebih produktif = Dakwah media.
Uang itu nggak turun begitu aja dari langit tapi harus diusahakan. Sebagai pemula kadang nggak perhitungan kalau bikin acara. Yang ada dipikiran, yang penting acaranya sukses. Kayak pengalaman penulis buku ini yang defisit sampai satu juta.
Udah mending ya, kalau bisa menggunakan sponsor. Lha di birokrasi sekolahku, setiap acara Rohis dilarang pake sponsor, sebesar apa pun acara itu. Alhamdulillah kalau uang dari sekolah bisa turun banyak, tapi ini uang yang turun bisa mencekek leher panitianya, alias sangat minim. Ditambah lagi uang masjid dan infaq siswa tidak dikelola oleh rohis lagi.
Bukan hanya masalah dana saja, tapi kadang pergerakan dakwah juga dibatasi. Proposal kegiatan kadang ditolak dengan alasan ini itu. Islam phobia memang telah menjangkiti sebagian besar orang islam sendiri. (kok malah jadi curhat ya? He....Afwan!)
Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Itu yang melandasi pikiranku untuk menembus dakwah media. Selain bernilai profit, misi dakwah kita juga bisa kena. Dengan dakwah media, kita bisa menembus ruang dan waktu seperti kata penulis di 100% Dakwah Keren ini. Tapi kita juga harus tau bagaimana kondisi medan dakwah kita.
Awalnya untuk menembus dakwah media, hanyalah anggan-anganku pribadi sejak kelas satu SMA, karena melihat perekonomian rohis yang cukup rumit.(he...awalnya kok udah profit oriented ya?). Hmmm... baru setelah aku jadi pengurus, baru kepikiran bahwa ini adalah dakwah yang paling efektif. Karena waktu itu nggak ada program rohis yang atmosfir dakwahnya mengenai seluruh masyarakat sekolah.
Setelah ngobrol, diskusi, grumpi sana sini sama temen-temen pengurus lain, Alhamdulillah mereka setuju.
Kami bentuk sebuah tim untuk mewujudkan dakwah media ini. Dari SWOT lapangan, persiapan pengajuan proposal kepihak sekolah, sampai jalannya kepengurusan dakwah media semuanya tim yang mengerjakan.
Kalau dakwah pengin diterima, harus disesuaikan dengan medan dakwahnya. Akhirnya kami buat sebuah buletin yang memiliki ciri khas tersendiri. Ada kartun religinya, trus bahasanya pakai bahasa anak muda, gaul abis pokoknya deh. Sampai-sampai pada heran, “beneran ini anak rohis yang nulis?” (wah.... berarti selama nie, anak rohisnya keliatan serius-serius? Belum tau mereka, he...).
Proses sampai terwujudnya media dakwah ini ternyata tidak semudah yang kami bayangkan. Proposal pun diajukan, untuk mendapatkan persetujuan. Dikira langsung dapat tanda tangan dengan mudah, karena tanpa minta dana sepeser pun dari sekolah. E..... ternyata harus menjalani syarat ini itu. Yang paling aku inget, disuruh ngumpulin seluruh perwakilan kelas, mempresentasikan proposal, trus minta tanda tangan mereka semua. Jangan dikira mudah. Apalagi selama ini rohis dipandang ‘ekstrim’. Perlu beberapa waktu untuk membujuk mereka, biar tanda tangan semua.
Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah buletin rohis boleh diterbitkan.
Banyak pengalaman mengesankan dari perjalanan mengelola buletin. Dari yang aku buru-buru nulis materi utama pas pelajaran, karena sudah ditagih sekretarisnya, sampai disindir guru; Temenku yang cari percetakan sampai maghrib, karena percetakannya langganan, alatnya sedang rusak. Sedangkan percetakan lainnya pada penuh. Mencari percetakan muter-muter Purworejo sampai maghrib, ditambah lagi, ketilang karena nggak punya SIM. Dan juga motor itu hasil minjem lagi. Otomatis harus mintaa maaf sebesar-besarnya sama yang punya. Untung yang punya baik hati; Bukan hanya itu, yang tadinya berharap dapat laba dari buletin, e.... bukannya dapet laba tapi malah harus merogoh saku sendiri. Susahnya minta ampun buat ngambil uang kas dari bendahara masing-masing kelas; Huf... kadang juga harus mengelus dada ketika kertas-kertas itu dibuat kapal-kapalan atau pesawat terbang sama temen-temen, terus akhir-akhirnya nyasar di bak sampah.
            Ya beginilah sekelumit suka duka di SMA. Yang kadang menuai keputus asaan, tapi berkat 100% DAKWAH KEREN, ghiroh itu selalu berkobar.

Kisah ini untuk diikutsertakan dalam Lomba Kisah Menggugah Pro-U Media 2010 di http://proumedia.blogspot.com/2010/10/lomba-kisah-pendek-menggugah-pro-u.html


















Sabtu, 20 November 2010

CINTA BERSEMI SESAMA AKTIVIS


Cinta....  memang tak ada habis-habisnya untuk dikupas. Dari awal pertama kalinya manusia hidup di bumi sampai kiamat nanti. Adam dan Hawa dipertemukan dengan cinta, hingga muncul-lah generasi penerusnya. Semua orang tak luput dari yang namanya cinta.
BIRUNYA LANGIT CINTA, sebuah novel karya Azzura Dayana mengingatkan saya pada kisah masa SMA beberapa tahun yang lalu. Sudah lama sebenarnya saya membaca novel ini, kira-kira di awal tahun 2007, kelas 1 SMA. Waktu itu saya ikut menjadi panitia bedah buku dan training Zero to Hero bersama Ust. Sholihin yang diselenggarakan oleh KARISMA(Kelurga Besar Rohis SMA/SMK/MA se-Purworejo). Alhamdulillah waktu itu saya sudah bergabung dengan organisasi dakwah tingkat kabupaten ini.
Sambil menunggu syuro, biasanya kami sambil membaca buku. Kebetulan ada kakak angkatan dari SMA lain yang sedang membaca novel Birunya Langit Cinta. Saya sudah lumayan dekat dengan akhwat tersebut. Karena waktu itu saya direkomendasikan untuk menjadi ketua keputrian(sama seperti peran Daiyah, tokoh utama Novel tersebut), saya tiba-tiba dipinjemi buku itu. Katanya, agar dapat mengambil hikmah dari buku itu. Belum bilang pinjem, udah dipinjemi, Alhamdulillah. 
Bagus critanya. Alami dan nyata. Aktivis dakwah bukan malaikat yang terlepas dari nafsu. Aktivis dakwah juga bisa merasakan cinta. Dan cinta itu tak perlu di’kebiri’ seperti layaknya seorang pelayan gereja. Seorang aktivis dakwah tak perlu dipojokkan dengan perasaan cintanya, tapi upaya mengendalikan cinta itu yamg perlu dilakukannya.
Apa yang terjadi pada diri Dey(tokoh utama), mirip apa yang saya alami waktu itu. Dimana aktivitas saya yang harus bersinggungan dengan ikhwan-ikhwan sesama pengurus rohis. Ditambah lagi dengan datangnya guru Bahasa Inggris baru di SMA saya.
Semester II, kelas satu SMA saya sudah mulai disibukkan dengan aktivitas dakwah di sekolah. Ntah kenapa sama anak-anak kelas XI(pengurus rohis), saya lumayan dispecialkan dari pada anak kelas X lainnya. Dimana ketika teman-teman satu angkatan masih pada jadi peserta atau panitia teknis, saya sudah disertakan menjadi panitia inti. Dengan seperti itu saya menjadi sangat dekat dengan pengurus rohis. Kedekatan saya dengan pengurus rohis dan juga keterlibatan saya dalam aktivitas dakwah yang lebih jauh ini temtunya menuai konsekuensi. Konsekuensi menjadi tambah sibuk itu pasti. Tapi konsekuensi ikhwan pada tambah simpati itu yang merisaukan hati.
Mengarungi samudra cinta.......
Kenaikan kelas sudah di depan mata, otomatis estafet amanah untuk mengelola lembaga dakwah bergulir. Satu minggu setelah kenaikan kelas, Rohis SMA saya mengadakan reorganisasi(pelantikan pengurus baru). Memang benar, akhirnya saya mendapan amanah sebagai ketua keputrian, yang sebelumnya ingin dicalonkan oleh ketua rohis lama sebagai ketua rohis, karena tak terlihat ada ikhwan yang loyak terhadap dakwah sekolah waktu itu. Karena pertimbangan masalah kepemimpinan perempuan akhirnya saya ditetapkan menjadi ketua keputrian. Walaupu saya sebagai ketua keputrian, amanah mas’ul rohis seperti tetap terlimpah dipundak saya.
Dua hari setelah reorganisasi, saya dan dua akhwat lainnya mencoba untuk merapikan file-file rohis yang ada di masjid. Sambil sedikit demi sedikit mempelajari administrasi rohis. Pada saat kami asyik merapikan file, ketua rohis angkatan sebelumnya tiba-tiba menyapa kami dari balik hijab. Sekedar menanyakan apa yang sedang kami kerjakan. Namun, tiba-tiba dia menyibakkan hijab yang membatasi  tempat ikhwan dan akhwat. Kami kaget, tapi sudah biasa hal itu dilakukan(nakalnya anak rohis..he....). sehingga kami hanya berjarak, tak lebih dari 2 meter.
Awalnya sedikit membahas rohis, tapi tak disangka setelah itu sebuah pernyataan yang terasa membakar hati. Sebuah pernyatan cinta, dan mengharap sebuah status. Ya bisa dikatakan pacaran. Saya terdiam sesaat, mengatur emosi. Air mata sekuat tenaga saya tahan agar tak jatuh. Saya ingin terlihat tegar dihadapannya. Dengan tegas saya tolak pernyataannya. Saya ungkapkan seluruh argumen saya, dari yang bersifat syari’ah sampai dengan yang bersifat etika kemanusiaan. Tapi dia tetap tak bergeming. Dia selalu mematahkan argumen saya. Dengan keputusan akhir, saya masih bertahan dengan pendirian saya, begitupun dia. Akhirnya dia pergi dari masjid sambil marah-marah.
Saya pejamkan mata, bulir-bulir air mata mulai mengalir dari kedua belah sudut mata saya. Rasa sakit mengiris hati. Tak kusangka dia yang selama ini saya kagumi, bisa berbuat seperti ini. Saya berkhusnudzon di dalam hati, semoga  dia lakukan ini hanya untuk menguji kekuatan prinsip saya.
 Memori saya memutar kebeberapa bulan yang telah lewat. Saat awal-awal saya dan dia ketemu, memang signal-singnal itu sudah terasa. Tidak saya pungkiri, saya juga menaruh simpati pada dirinya. Apalagi kedekatan saya dengannya dalam aktivitas di Rohis maupun Karisma lebih dekat dibanding dengan akhwat-akhwat dikepengurusannya. Tapi saya tepis perasaan itu, karena saya tidak mau hati ini terkotori oleh perasaan itu.
Air mata saya tak berhenti sampai saya terlelap digelapnya malam. Perasaannya campur aduk, kecewa, benci, merasa bersalah, yang paling utama, merasa dilecehkan, merasa direndahkan sebagai seorang akhwat.
Setelah kejadian itu hubungan kami membeku beberapa minggu. Saya muak jika bertemu dengannya. Akhirnya dia minta maaf dengan perbuatannya itu, beberapa minggu kemudian setelah melalui proses diskusi lewat sms, lumayan panjang.
Setelah kejadian itu saya anggap tak pernah terjadi apa-apa antara kami berdua. Walaupun begitu, dia masih sangat perhatian dengan diri saya. Yang masih melekat di memory saya, waktu hp saya mati dia meminjamkan hp-nya untuk saya, karena waktu itu saya sangat membutuhkannya untuk koordinasi dengan teman-teman di SMA lain dalam persiapan acara yang diadakan Karisma. Saya menolaknya, tapi hp-nya tetap ditinggal dihalaman kost yang saya tempati. Selain itu, selama saya kelas III SMA, sedangkan dia sudah bekerja di Jakarta(karena belum mendapat kesempatan untuk kuliah), beberapa kali dia pulang dan membawakan madu untuk saya, karena kondisi kesehatan saya yang semakin menurun. Saya tak tau harus bersikap seperti apa dengan perbuatannya tersebut. Dan sebelum Ramadhan kemarin dia juga kerumah saya, karena mendengar kabar kalau saya sakit dan harus mengambil cuti kuliah.
Bukan hanya itu kisah diawal kelas II SMA. Waktu itu ada guru bahasa inggris baru juga, di sekolah saya dan kebetulan mengajar kelas saya. Ntah kenapa, pertama kali beliau ada kelas di kelas saya, terlihat sedikit ada perhatian khusus pada diri saya. Bukan hanya saya yang merasakan tapi teman saya pun merasakan hal yang sama. Sehingga teman-teman saya sering jodoh-jodohin saya dengan guru tersebut. Bedanya dengan Dey(tokoh utama novel), saya tidak ada perasan apa-apa terhadap guru tersebut. Walaupun guru tersebut masih sangat muda. Hanya kagum karena kecerdasannya.
Tidak berhenti di sini....
Dengan amanah yang saya rasakan sangat berat, rasa butuh perhatian itu pasti ada. Ditengah kegersangan semangat pada diri saya. Ada seorang alumni yang saya rasakan memberikan perhatian lebih, pada diri saya. Dia seorang ikhwan, sebut saja akh Hasan(bukan nama asli). Awalnya saya merasa biasa-biasa saja. Kagum sih biasa, saya yakin semua yang tau beliau pasti menaruh kagum padanya, entah akhwat, entah ikhwan. Guru-guru pun juga sering mengambil teladan dari dia. Sholeh, organisator dan berperestasi.
Semakin hari kita semakin sering berhubungan via dunia maya, karena beliau tinggal di Jabodetabek. Masalah-masalah terkait dakwah sekolah kami coba pecahkan bersama. Namun, suatu hari ada seorang alumni yang kebetulan tinggal satu daerah dengannya, cerita kesaya bahwa dia bertemu dengan akh Hasan.
Dia bertanya pada akh Hasan,” akh, sering hubungi khusnul nggak?”
“Iya, emang kenapa? Emang dia sudah ada yang ‘mesen’?” jawab akh Hasan.
Setelah kejadian itu, saya mulai jaga jarak. Tapi saya rasakan dia malah tambah cair. Padahal dia terkenal ikhwan yang sangat menjaga. Tak terasa benih-benih bunga mulai bermekaran dihati saya seiring berjalannya waktu. Saya mencoba untuk terus menekannya. Walaupun kadang harus berbuah air mata. Satu do’a yang sering saya panjatkan, “segerakan dia untuk menikah”. Saya selalu menepis pikiran bahwa dia memiliki perasaan terhadap saya. Saya tau banyak akhwat yang mendambakan dirinya untuk menjadi pendamping hidup.
Waktu pun terus berjalan. Saatnya saya mulai meningkalkan bangku SMA. Alhamdulillah saya diterima di dua kampus sekaligus. Di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tanpa tes, dan juga di UGM dengan masuk melalui UM UGM. Bingung itu pasti karena itu pilihan utama semua, yang ketrima. Ditambah komentar-komentar dari teman-teman, ada yang nyaranin ke UIN, ada yang nyaranin ke UGM. Namun pas hari terakhir daftar ulang, subuh-subuh dia sms saya, yang bisa saya simpulkan, meyakinkan saya untuk memilih UIN.
Alhamdulillah, dipenghujung semester satu saya kuliah, dia mengabarkan kepada saya, bahwa dia akan menggenapkan separuh dien-nya. Rasa sakit itu tetap ada, tapi saya tetap bersyukur, hati saya menjadi tenang.
Memasuki bangku kuliah cobaan virus merah jambu itu terus membayang-bayangi kehidupan saya. Ada beberapa yang lewat perantara teman, teman satu kampus, teman satu organisasi. Sampai-sampai pada semester satu, tersebar kabar bahwa saya akan menikah. Guru ngaji saya yang tabayyun langsung pada diri saya.
Karena hal inilah yang mendorong saya mengignginkan untuk nikah muda. Salah satunya untuk menghindari fitnah.
Crita terakhir mungkin sedikit konyol tapi benar-benar terjadi, ada dua orang teman akhwat yang bilang kesaya kurang lebih sama,”kalau aku ikhwan, mungkin aku juga akan mencintaimu, mengharapkan kamu menjadi pendampingku.”
Waduh... sebenarnya apa yang terjadi didalam diri saya? Cantik nggak, pinter juga nggak, malah sakit-sakitan?
Wallahua’lam bissowab...
Semoga Allah selalu menjaga kita semua dari segala fitnah dunia. Amiin...


Nb: penyelesaian masalah-masalah tersebut tidak terlepas dari membaca buku-buku proU lain yang bertema merah jambu.

Kisah ini untuk diikutsertakan dalam Lomba Kisah Menggugah Pro-U Media 2010 di http://proumedia.blogspot.com/2010/10/lomba-kisah-pendek-menggugah-pro-u.html


Jumat, 19 November 2010

Catatan : Lose Memory

"Ya Allah jika Engkau memang ingin mengurangi ingatanku, aku ikhlas... Satu hal yang aku minta, jangan pernah kau cabut ingatanku pada-Mu"

Selasa, 16 November 2010

Catatan : PASTI BINGUNG

Yang baca crita tentang kaki aku kemaren pasti binggung.
sakit apa ni orang? kayaknya menderita bener?(padahal nggak menderita-menderita amat juga kok, biasa aja..he....)
hmmmm....klo orang tanya aku sakit apa? aku sendiri juga bingung...
dari berawal sakit panas-panas biasa waktu kecil sampai sekarang katanya ada suatu masalah diotakku...
hanya Allah yang tau, karena Dialah yang menganugerahkannya.

Senin, 15 November 2010

Catatan : BEGINILAH RASANYA NGGAK BISA JALAN

         Hmmm...sudah sebulan ini aku nggak bisa jalan. Kakiku lemas, nggak kuat untuk jalan. Itu sih masih lumayan, karena kadang disertai dengan rasa kesemutan&juga sakit luar biasa.
Selain aku sekarang nggak bisa jalan, aku juga harus menahan rasa sakit setiap saat, terutama ketika malam tiba. Pusing yang bikin kepala mau pecah, mual, kesemutan seluruh tubuh, sakit diseluruh bagian tubuhku sebelah kiri, disertai sesak nafas, dan kalau aku sudah tak kuat lagi menahan sakit, biasanya langsung kejang.
Kembali ke kakiku, kakiku yang sebelah kiri mulai sulit untuk jalan, sejak keluar dari rumah sakit sebulan yang lalu.
Rasa sedih, kecewa, putus asa pasti ada. Apalagi sudah bertahun-tahun aku sakit, sampai aku harus sejenak berhenti kuliah. Dan sekarang ditambah dengan masalah dikakiku, yang sebenarnya itu merupakan fase dari sakitku yang sudah bertahun-tahun aku derita. Tapi aku nggak mau orang-orang disekitarku juga merasa sedih terutama ibu.  
Aku berusaha untuk selalu semangat, bangkit&bangkit. Ini bukan akhir dari segalanya bagiku. Aku masih bersyukur aku masih punya kaki, masih ada harapan lagi untuk bisa jalan. Namun, kalaupun Allah menakdirkan aku selamanya seperti ini, aku tetap ikhlas. Aku yakin ada rahasia Allah dibalik ini semua.
“AKU CUMA NGGAK MAU ORANG MENARUH KASIAN PADAKU”