Pagi ni aku pengin banget nulis tapi nggak tau mau nulis apa? Rasanya udah gatel tangannya, kemarin seharian Cuma nulis catatan aja. Itupun dikit banget.
Pengen banget nulis buat adik-adik yang masih kelas tiga prihatin melihat status-status merekayang sepertinya sudah capek belajar, butuk penyegaran, butuh motivasi. Penyakit yang mulai menyerang akibat stres dan capek, kadang malah bisa sampai kehilangan orientasi.
Dulu pernah ditawari seseorang untuk nulis buat anak-anak yang lagi berada dimasa kritis seperti itu, tapi ya namanya belum ada ide ‘apa yang paling tepat diberikan pada mereka?’. Kalau modelnya kayak nasihat-nasihat gitu, pasti bosen. Orang udah baca buku pelajaran yang setumpuk gitu, tapi harus baca tulisanku yang penuh dengan teori, alhasil yang cuma ditumpuk bareng buku-buku pelajaran itu.
Komentarnya nanti, “kita tak butuh teori mbak, tapi kita butuh sebuah kenyataan yang mudah dipahami.”
Kalau buat sebuah cerita, sejenis cerpen gitu. Tak semuanya masalah dan nasihat itu bisa diilustrasikan (halah mbak, ilustrasi ki opo? Wis mumet, ditambah mumet) dalam wujud cerita. Ilustrasi = gambaran. So masalah dan nasihat itu tidak semuanya bisa digambarkan dalam wujud cerita. Dan juga, kadang pemahaman yang satu dengan yang lainnya itu beda. Kadang orang bisa menyimpulkan hikmah dari sebuah cerita dengan mudah dan mengerti apa yang seharusnya dia lakukan. Tapi kadang orang membaca cerita hanya mengambil sisi seninya saja, tampa mengambil pesan yang mau diambil. Ada juga orang yang memiliki kemampuan dan karakter berbeda, dia bisa sangat mudah mengambil hikmah dari sebuah cerita.
Halah.... malah dadi ngalor ngidul, nggak sampai-sampai..............
Yah gini sajalah, sebagai awalan semoga apa yang akan aku tulis nanti bermanfaat. Pokoknya yang tak tulis gado-gado wis.
Biasanya kalau udah masuk kelas tiga SMA (eh... sama aja ding yang memasuki kelas 6 SD, 3 SMP, dan semester-semester akhir kuliah), kepribadian kita akan berubah drastis. Yang tadinya malez belajar, nggak pernah punya catatan, dulu kelas satu dan dua nggak pernah nyatet, sibuk kesana kemari cari catatan temen, mulai getol belajar. Yang tadinya sholat dzuhur ja bolong-bolong/telat-telatan, mulai deh sholat dhuha, yang tadinya nggak pernah puasa senin-kamis, nggak tanggung-tanggung nih puasa daud (alhamdulillah, semoga tetap istiqomah, kalau dah lulus). Penyakit mulai melanda. Banyak yang harus nginep di rumah sakit (pengalaman pribadi, maksudnya). Kalau sudah ditengan-tengah, sudah banyak melewati TUC dan pelajaran tambahan, Kebosenan itu melanda, “mbak aku kehilangan motivasi! Aku bosen belajar,” ungkap beberapa orang, dan aku sendiri pun dulu juga merasakan.
A. Bagaimana hal itu agar bisa konstant? (oh ya, tadi sepertinya aku menuliskan kata istiqomah, istiqomah=konstant=sama dan menuju pada yang lebih baik).
Buat diri kita rileks/santai, tapi tetap harus belajar, biar nggak sakit dan ujung-ujungnya stres. Gimana caranya?
· Hal yang berlebihan itu nggak baik, jadi kalau capek istirahat. Gunakan istirahat se-efektif mungkin. Jangan sampai kurang tidur. Karena kalau kurang tidur, nanti bisa sakit apalagi ditambah otak yang diforsir. Tapi jangan sampai istirahat terus ya, trus dipakai hal-hal yang tidak bermanfaat. Tetap harus belajar!!
· Dekatkan diri pada Allah, biasanya berhrap agar do’a kita dikabulkan. Jauh dari itu, kita bisa mendapatka ketenagan. Kalau hati nyaman, pikiran tenang, kita bisa melakukan apapun dengan baik.
· Banyak yang belajar sukanya sambil ngemil. Menurutku uang yang digunakan untuk beli jajanan yang kayak gitu, dipakai buat beli susu aja. Jadi ngemilnya, minum susu sedikit demi sedikit, he..... Kan nambah energi. (perlu ditiru mungkin. Pas waktu ujian jamanku, banyak yang bawa susu ke sekolah).
B. Butuh motivasi.
Jadikan Allah, orang tua, dan orientasi menjadi motivasi.
Hanya Allahlah sandaran kita tempat meminta. Jangan sampai hal-hal tidak baik itu dilakukan, contohnya nyontek. Karena itu efeknya nggak baik. Nilainya emang bagus(kadang). Tapi dulu aku sama temenku mengandakan infestigasi, Allah memang adil, walaupun nilai bagus-bagus, tapi mereka belum tentu beruntung masa depannya nanti(red: nggak keterima-keterima di perguruan tinggi), karena tidak berokah.
Apalagi kalau sudah main mantra, wah lebih parah itu. Mungkin kalian nggak percaya. Tapi ada pengakuan seorang ustadz, beliau juga seorang guru muridnya ada yang bilang kalau pensil yang buat ujian itu dikasih do’a-do’a tertentu. Wah itu jelas menduakan Allah. Allah akan murka ketika beliau tersisihkan, Allah bisa melakukan apa saja sesuai kehendaknya.
Tentunya kita tidak akan mengecewakan orang tua kita kan? Yang sudah berkorban mati-matian untuk kita. So tulis itu besar-besar dikamar kita, “bapak ibu akan ku persembahkan nilai ini padamu, akan kubuktikan bahwa aku bisa!” atau apalah terserah. Yang penting ingat pengorbanan orang tua. Itu akan memotivasi kita untuk terus belajar dan berusaha.
Tak terkecuali sebagai motivasi kita adalah orientasi kita kedepan. Pastinya bukan sampai berhenti disini saja kan kehidupan kita. Masih ada kehidupan lain didepan sana. Maka tentukan target. Kalau pengin bisa kuliah di kedokteran, masa nilai biologinya 5,00, lucu kan?
“Tapi mbak aku nggak punya rencana kuliah. Orang tuaku nggak mampu membiayainya. Jadi aku nggak semangat lagi”
Eitt.... jangan keburu bilang gitu. Kan kalau nilainya bagus bisa cari beasiswa buat kuliah. Dan kalaupun tidak berniat sama sekali buat nglanjutin, nilai-nilai itu pasti akan dibuat pertimbangan ketika kita mau bekerja...
Cukup ini dulu ya, kalau ada ide lagi kalau dan ada masukan dari yang baca tulisan ini, insyaAllah akan aku lanjutkan dengan yang lainnya.
Semoga bermanfaat, maaf kalau malah buat binggung dan menyita beberapa menit waktu kalian dalam belajar untuk baca tulisan ini.....
Aku tunggu masukan dan kritiknya....
SEMANGAT!!! JALAN MASIH PANJANG.......................................................